Indonesia berada
diujung selatan dari lempeng benua Eurasia. Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara
serta pulau-pulau lainnya di Indonesia tebentuk kurang lebih tiga juta tahun
yang lalu dari pecahan superbenua Gondwana dan terbentuk di batas subduksi
Eurasia.
Bagian
barat Indonesia dibatasi oleh lempeng Indian yang bersubduksi dengan lempeng
Eurasia membentuk Palung Jawa. Sejajar dengan palung terdapat sesar menganan
Sumatera dan Mentawai
yang diakibatkan oleh subduksi lempeng Indian yang miring terhadap arah lempeng
Eurasia. Sesar dan sistem palung ini adalah yang paling aktif menyebabkan deformasi
di Pulau Sumatera yang membentuk pegunungan atau disebut Bukit Barisan yang
diantaranya adalah gunung api aktif seperti Sinabung, Marapi, dan Kerinci. Lain
halnya dengan Pulau Jawa, deformasi aktif diakibatkan oleh kompleks suture zone seluas 2000 km2
termasuk zona beberapa lempeng kecil dan subduksi ganda. Kecepatan subduksi
lempeng Indian dan Eurasia berkisar 6 cm/tahun. Subduksi sepanjang hampir 2000
km sepanjang Jawa kemudian menikuk tajam berbentuk U di laut Banda juga
membentuk deretan gugusan pulau Indonesia tengah di bagian inner ridge seperti Pulau Bali, Sumbawa, Flores, dan Damar dengan
deformasi yang paling aktif adalah thrust
fault di bagian utara.
Subduksi
pada palung Jawa-Sumatera dapat diamati berdasarkan zona seismik Benioff yang berada sekitar 200 km
dibawah zona melange. Subduksi pada
kedalaman 100 km memiliki kemiringan 65o ke arah utara Jawa dan Laut
Jawa hingga meluas sampai kedalaman 650 km. Sedangkan di Sumatera kedalaman
subduksi hanya mencapai 200 km dengan kemiringan 30o-40o pada
kedalaman 100 km dan 25o diukur kearah utara dari subduksi. Sedangkan,
di Kepulauan Nusa Tenggara kemiringan subduksi mencapai 75o
direntang kedalaman 200-600 km dibawah utara Pulau Flores. Namun, menuju arah
timur kemiringan berkurang menjadi 40o pada rentang kedalaman
100-600 km. Panjang kurva zona seismik diukur kebawah bernilai 800 km di Jawa,
400 km di Sumatera, dan 550 km jika diukur kearah utara. Kedalaman palung pada
lengkungan arah SE-E yaitu 4,5 km kearah utara Sumatera dan 6-7 km di Jawa.
Di bagian inner volcanic arc Nusa Tenggara
mengandung batuan volkanik Kenozoik atas, paling banyak adalah kalk-alkali
berselingan dengan sedimen volkanigenik dan karbonat. Bagian barat Pulau Bali,
Lombok, dan Sumbawa terdapat rangkaian struktur dan volkanik muda ke arah timur
dengan di bagian utara terdapat banyak gunung api muda aktif. Batuan vulkanik
muda menunjukkan kenaikan ratio kalium silikon terhadap jarak zona Beniooff di bawah. Batuan vulkanik pada
busur vulkanik utama mengandung radiogenik strontium ratio 87Sr/86Sr
sekitar 0,7045-0,7095 yang mengindikasikan adanya sedimen yang tersubduksi. Mud volcano biasa terjadi di beberapa
bagian Pulau Timor yang kemungkinan akibat penimbunan tektonik yang cepat dari
sedimen yang masih basah pada prisma akresi.
Sedangkan analisis
ratio strontium pada welded tuff Toba menunjukkan nilai 0,714 yang berarti
kontribusi kerak pada aktivitas volkanik sangat berpengeruh. Sedangkan di
beberapa bagian seperti gunung Marapi menunjuukan nilai 0,7046 yang menunjukkan
pengaruh kerak cukup kecil.
Perbedaan sistem
subduksi antara Pulau Jawa dan Sumatera mengakibatkan perbedaan magmatisme. Hal
ini dapat dilihat dari rasio distribusi gunung api di Sumatera : Jawa adalah
3:3,5 yang diduga berhubungan dengan perbedaan sudut penunjaman. Pulau Jawa
sekalipun yang memiliki sudut yang hampir seragam nyatanya ada perbedaan diantara
bagiannya. Bagian barat Jawa memiliki aktivitas seismik dan densitas vulkanik
yang paling tinggi daripada wilayah lainnya.
Referensi
Hall,
Robert. Indonesia, Geology. Royal
Holloway University of London, 1-3
Hamilton, W. (1979). Tectonics of the Indonesian Region, USGS
Professional Paper 1078, 18-156.
Ladiba, A.F., Putriyana, L.,
Sibarani, B br., Soekarno, H. (2017): Review of subduction and its association with
geothermal system in Sumatera-Java, 6th ITB International Geothermal
Workshop 2017, 1-2.
No comments:
Post a Comment