Berbicara
mengenai energi memang tidak pernah ada habisnya. Karena memang secara nyata
bahwa energi tak lepas dari semua kegiatan yang dilakukan oleh makhluk hidup
salah satunya adalah manusia. Dewasa ini, masalah energi sedang menjadi topik
perbincangan melihat bahwa cadangan energi fossil dunia semakin berkurang. Abad
ke-21 masalah lain yang selalu dihebohkan adalah tentang nasib bumi beserta
atmosfer yang melingkupinya. Tanda-tanda perubahan iklim yang signifikan
seperti suhu rata-rata bumi yang meningkat menjadi kekhawatiran segenap
penghuni planet ini. Tingkat polusi udara yang begitu tinggi mengakibatkan
korban meninggal di dunia akibat polusi udara mencapai 6 juta orang per tahun
dan di Indonesia korban sudah mencapai angka 61 ribu penduduk (Sumber : kbr.id).
Jadi, bukan lagi tentang ketersediaan energi bagi manusia namun juga kebersihan
bagi lingkungan yang termasuk didalamnya adalah manusia.
Untuk itu
perlu adanya inovasi baik skala kecil, menengah, maupun besar untuk terciptanya
energi bersih bagi masyarakat. Salah satu jenis energi sederhana yang dapat
diaplikasikan semua orang adalah biogas.
Biogas
merupakan salah satu jenis dari bioenergi yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi energi listrik maupun penggunaan langsung (direct use) seperti bahan bakar kompor skala rumah tangga. Indonesia
merupakan salah satu negara yang berpotensi menajdi negara dengan biogas yang
besar melihat bahwa penduduk Indonesia yang besar sehingga mampu menghasilkan
biomassa yang lebih besar. Beberapa hasil nyata yang telah dilakukan Indonesia
adalah terbangunnya PLT Biogas POME sebesar 3 MW pada tahun 2013 dan 2014
(Statistik EBTKE, 2016). Biogas adalah
campuran dari beberapa gas yang mudah dibakar seperti metana (CH4) dan karbon
dioksida (CO2) dan dibentuk oleh bakteri anaerobik yang artinya tanpa oksigen
(Jorgensen, 2009).
Biogas dapat terbentuk secara alami ataupun bisa dengan campur
tangan manusia. Biogas dapat terbentuk secara alami di daerah rawa, tanah yang
berlumpur, tumpukan sampah rumah tangga (TPA), atau bisa juga di daerah
lingkungan pengendapan semisal dasar lautan dan danau. Tempat yang selalu dekat
dengan manusia yang berpotensi cukup besar adalah tangki septik. Hampir setiap
rumah memiliki tangki septik. Di lingkungan seperti in bakteri anaerob mampu
berkembang dengan baik karena keterbatasan oksigen yang ada. Jika potensi ini
mampu mampu dimanfaatkan dengan baik maka sedikit demi sedikit ketergantungan
terhadap energi fossil dapat ditekan. Contoh yang dapat diambil adalah
pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar memasak selain memanfaatkan sesuatu
lebih berguna juga dapat mengurangi penggunaan LPG sehingga selain mengurangi
penggunaan energi fossil juga menghemat pengeluaran rumah tangga. Sudah
beberapa unit biogas skala rumah tangga yang telah dibangun permerintah untuk
meningkatkan distribsusi mulai dari tahun 2011 hingga tahun 2015 : Jawa 169
unit dan Sumatera 135 unit. Dan terdapat tiga mekanisme yang dilakukan
pemerintah berdasarkan jurnal KESDM yaitu 1. Program Biogas Non Komersial (Investasi
Pemerintah) dilakukan melalui pendanaan APBN. Sampai tahun 2013 telah dibangun
sebanyak 3.205 unit digester biogas dengan anggaran APBN Ditjen EBTKE. 2.
Program Biogas Semi Komersial (Penerapan Subsidi Parsial) dilakukan melalui
Program BIRU yang merupakan implementasi kerjasama Indonesia-Belanda. Dimulai
sejak tahun 2009 dengan memberikan subsidi sebesar Rp 2 Juta per rumah tangga
dan sisa biaya pembangunan ditanggung oleh rumah tangga. Sampai tahun 2015
telah dibangun 16.015 unit digester biogas. 3. Program Biogas Komersial (Investasi
Swasta) dilakukan melalui pengembangan pembangkit listrik berbasis biogas yang
dilaksanakan dengan investasi swasta. Sampai tahun 2014 telah masuk ke jaringan
PT PLN sebesar 1 MW dan off-grid sebesar
10 MW . Diharapkan pengembangan
pemanfaatan biogas ini mampu menyebar sebesar di seluruh pelosok nusantara.
Lalu,
pemanfaatan tanpa ilmu merupakan sesuatu yang buruk. Untuk itu kita perlu tahu
bagaiman proses terbentuknya biogas terlebih dahulu. Penting untuk diketahui
bahwa tidak semua kondisi mampu menghasilkan bioagas yang optimal yaitu
tergantung kepada temperatur, pH, bahan organik yang dipakai, tingkat
kekeringan bahan, rasio perbandingan karbon dan nitrogen, dll yang akan dibahas
pada bab bahasan berikutnya.
Terdapat tiga
tahap utama yang terjadi dalam pembentukan biogas. Sebelumnya yang perlu di
lakukan adalah pengumpulan biomassa yaitu bahan organik yang dapat mengasilkan
biogas seperti kotoran ternak maupun manusia baik berbentuk cair atau padat
serta bahan organik lain seperti sampah makanan sisa restoran dan rumah tangga.
Semua biomassa ini diletakkan dalam satu wadah yang disebut digester. Di dalam
digester ini terjadi tiga tahap utama utama yaitu hidrolisis, fermentasi, dan
metanogenesis.
Hidrolisis,
dapat diartikan sebagai penyederhanaan atau pemecahan senyawa polimer seperti
protein, karbohidrat atau lemak menjadi monomer yang lebih sederhana. Senyawa
pada bahan organik seperti yang berasal dari tumbuhan memiliki senyawa khas
yang berbeda pada setiap bagiannya seperti selulosa dan zat tepung. Senyawa ini
akan diputus antar ikatan kimianya menjadi lebih sederhana yang semula sukar
larut menjadi mudah larut oleh enzim yang dihasilkan oleh bakteri tertentu.
Fermentasi,
tahap fermentasi disebut juga tahap pengasaman karena pada tahap ini terjadi
tahap pembentukan asam-asam seperti hidrogen sulfida (H2S) dan asam
asetat (CH3COOH).
Metanogenesis,
tahap ini merupakan tahap terkahir dimana gas metana dihasilkan (CH4).
Hasil proses fermentasi yang sudah dihasilkan akan menjadi bahan baku untuk
pembentukan metana. Metana yang dihasilkan berasal dari sekitar 70% senyawa
asam dan sisanya 30% berasal dari hidrogen dan karbon dioksida.
Gas yang
dihasilkan berupa gas metana barulah dapat dimanfaatkan yang semula hanya
kotoran dan sampah yang tidak bermanfaat menjadi sumber energi yang sangan
bermanfaat. Setelah mengetahui tiga proses tadi yang secara teknis sangat mudah
dilakukan diharapkan setiap kepala keluarga di Indonesia mampu memanfaatkan
potensi disekitarnya selain dapat menciptakan energi baru juga dapat mengurangi
bahkan menghilangkan sampah yang ada.
Info seputar energi dan sumber daya mineral dapat mengunjungi website Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia di www.esdm.go.id
#15HariCeritaEnergi
#HariKesembilan
#KESDMRI
#15HariCeritaEnergi
#HariKesembilan
#KESDMRI
Referensi
Jorgensen, Peter Jacob.2009.Biogas-Green
Energy.Aarhus University. Halaman 4-11
Kementrian
ESDM.2016. Statistik EBTKE 2016. Halaman
28-40
Kementrian
ESDM. 2016.Program Strategis EBTKE dan
Ketenagalistrikan.Jurnal Energi 2016 Edisi 2. Halaman 16-17
KP4 UGM.2012.Biogas.Halaman 24-27
No comments:
Post a Comment