Teknik Ekstraksi Biomassa Menjadi Energi Tepat Guna

Energi menjadi kebutuhan pokok setiap makhluk di muka bumi ini tak terkecuali manusia. Manusia tak lepas dari kegiatan yang memakan energi seperti listrik dan berkendara. Namun, sayangnya kebutuhan energi saat ini yang didominasi oleh energi fossil tidak sebanding dengan pertumbuhan manusia. Setiap negara sedang berlomba mengeksplorasi kekayaan energinya untuk dimanfaatkan sebagai energi pengganti fossil, salah satunya adalah energi biomassa. Energi biomassa salah merupakan salah satu energi terbarukan yang dapat membantu negara mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan yang telah dirancang oleh PBB yakni melalui penyediaan energi yang bersih, aman, dan terjangkau.

Gambar 1. Siklus Energi Biomassa
(Sumber : www.viaspacegreenenergy.com)

Biomassa dapat diartikan sebagai semua jenis bahan organik hasil fotosintesis berupa vegetasi pepohonan baik darat atau laut serta limbah padat perkotaan, limbah padat,  limbah hewan, residu pertanian, dan kehutanan. Biomassa menyimpan energi yang berasal dari matahari, energi ini kemudian dikonversi menjadi energi listrik, panas, dan bahan bakar. Biomassa merupakan satu-satunya energi terbarukan yang melepas karbondioksida ke atmosfer walaupun pada nantinya karbondioksida ini akan dipakai kembali dalam siklus untuk berfotosintesis. Jika energi biomassa dikembangkan berkelanjutan maka tidak akan timbul selisih antara karbondioksida yang dipakai dan dikeluarkan.
Biomassa perlu diubah menjadi bentuk lain sebelum dapat digunakan seperti menjadi energi panas (termal), gas, cairan, atau produk kimia lainnya. Untuk itu perlu proses ekstraksi dari biomassa itu sendiri. Ada lima jenis cara ekstraksi biomassa (Sriram, Illinois) yaitu pembakaran langsung, gasifikasi

1.                1. Pembakaran Langsung (Direct Combustion)
       Pembakaran langsung relatif cara yang paling sederhana daripada teknik yang lainnya untuk mengkonversi menjadi energi listrik. Jenis biomassa yang biasa dibakar adalah kayu, serbuk kayu, residu pertanian atau kehutanan. Pembakaran langsung biomassa menghasilkan dua jenis energi yaitu panas dan uap. Untuk menghasilkan listrik dengan uap yang dihasilkan akan menggerakkan turbin. Tubin ini yang akan menggerakkan generator untuk menghasilkan energi listrik. Sedangkan energi panas akan diubah menjadi listrik dengan bantuan heat exchanger. 

Gambar 2. Skema Pembakaran Langsung Biomassa
(Sumber : puraura.net)

      Tingkat efisiensi dari pembakaran langsung bergantung pada nilai Low Heating Value (LHV) dari bahan bakar biomassa. Nilai efisiensi bervariasi mulai dari 65% pada pembakaran yang sederhana sampai dengan 99% sistem pembakaran yang canggih (Susta, 2003)


                      2. Gasifikasi
Gasifikasi bekerja dengan konsep bahan bakar biomassa padat seperti kayu, limbah pertanian,     dan limbah padat perkotaan dengan mengekspos ke suhu tinggi dan oksigen yang terbatas untuk menghasilkan gas. Sistem ini biasanya berlangsung pada suhu 850oC dengan tekanan di bawah atmosfer atau bertekanan tinggi. Gas ini yang nantinya akan digunakan untuk memutar turbin gas gabungan dengan efisiensi tinggi. Proses gasifikasi lebih banyak memiliki keuntungan ketimbang pembakaran secara langsung diantaranya adalah gas yang dihasilkan mengandung sedikit kotoran sehingga lebih ramah terhadap lingkungan. Selain itu, proses ini menghasilkan gas sintesis campuran antara karbondioksida dengan hidrogen yang dapat dimanfaatkan sebagai penghasil gas hidrokarbon seperti metana dan metanol. 

Gambar 3. Skema Proses Gasifikasi Biomassa
(Sumber : puraura.net)


1.                            3. Pirolisis
Pirolisis berasal dari dua kata yaitu pyro yang berarti panas dan lysis berarti penguraian atau degradasi, sehingga pirolisis berarti penguraian biomassa karena panas pada suhu lebih dari 150oC (Kamaruddin dkk, 1999). Pirolisis dapat diartikan sebagai proses pemanasan biomassa untuk menghilangkan zat yang mudah menguap menjadi gas yang terdapat pada biomassa dan akan meninggalkan arang. Arang terbakar pada suhu yang lebih tinggi daripada biomassa asalnya karena itu arang sangat bermanfaaat untuk proses manufaktur. Dalam sistem yang berkembang saat ini pirolisis dapat mengumpulkan gas yang terbuang seperti hidrogen dan karbon monoksida untuk disintesis menjadi gas bentuk lain seperti metana, metanol, dan bentuk hidrokarbon lainnya.

Gambar 4. Skema Proses Pirolisis Biomassa
(Sumber : puraura.net)

1.                       4Digesti
Digesti merupakan proses yang melibatkan bakteri anaerobik sebagai alat pekerja. Digesti adalah proses biologis yang menghasilkan gas seperti metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) yang biasa disebut sebagai biogas (Susta, 2003). Alessandro Volta merupakan orang yang pertama kali menemukan biogas pada tahun 1776 dan Humphery Davy adalah orang pertama yang mengumumkan adanya gas metana yang mudah terbakar di Farmyard Manure pada awal 1800. Biogas dapat disintesis dari bahan organik yang biasa ditemui seperti sampah organik perkotaan, limbah organik pertanian dan industri pertanian, kotoran padat atau cair dari hewan, dan tempat pembuagan akhir (TPA). Prinsip kerja dari digesti cukup sederhana. Bakteri anaerbok akan muncul dalam kondisi kedap udara atau tidak ada oksigen dan adanya bahan organik. Limbah organik ditempatkan pada tempat tertutup disebut digester yang dihubungkan dengan pipa saluran ke tempat tertutup lainnya untuk menampung gas metana yang dihasilkan dari bakteri tersebut. 

Gambar 5. Skema Proses Digesti Biomassa

(Sumber : puraura.net)

Digesti adalah cara yang efektif untuk menghasilkan energi berupa bahan bakar biogas. Produksi biogas secara normal akan menghasilkan 0,3-0,45 m3 biogas dari setiap kg bahan organik dengan waktu proses 20-30 hari. Nilai panas paling rendah berkisar 22 MJ/m3.

1.                     5. Fermentasi
Fermentasi adalah proses biokimia yang mengubah zat gula menjadi etanol (alkohol). Fermentasi merupakan teknik yang sudah lama digunakan untuk menghasilkan produk fermentasi dari biomassa seperti serat batang tumbuhan. Di Australia, etanol hasil fermentasi dicampur dengan solar untuk bahan bakar bus.
Etanol dimanfaatkan sebagai sumber hidrogen untuk sel bahan bakar. Di negara-negara industri, alasan utama penggunaan energi bioetanol adalah meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan, dan juga kemungkinan untuk memecahkan beberapa masalah sosial ekonomi yang lebih luas, seperti penggunaan lahan pertanian dan surplus makanan. Karena nilai bioetanol semakin banyak dikenali, semakin banyak kebijakan untuk mendukung pengembangan dan penerapan etanol sebagai bahan bakar.

Gambar 6. Skema Proses Fermentasi Biomassa

(Sumber : puraura.net)


Climate change yang menjadi bahan perbincangan dunia saat ini membuat setiap negara memperketat regulasi terkait produksi energi. Energi dari biomassa dapat menjadi solusi untuk mengurangi dampak dari emisi produksi bahan bakar. Teknologi pemanfaatan biomassa modern, terutama gasifikasi dan pencernaan anaerobik, memberi keuntungan untuk memisahkan zat berbahaya dan menyediakan gas bersih untuk pembakaran.

 Info seputar energi dan sumber daya mineral dapat mengunjungi website Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia di www.esdm.go.id

       #15HariCeritaEnergi
       #HariKelima
       #KESDMRI


Referensi

Sriram, Nisrah. Renewable Biomass Energy.Illinois. Halaman 1-3
Susta, Miro.2003. Biomass Energy Utilization & Environment Protection - Commercial Reality and Outlook. Malaysia. Halaman 3-20









No comments:

Post a Comment