Potensi Besar di Balik Tanah Nusantara


Dunia sedang mengalami darurat polusi udara, menurut data yang dikluarkan oleh WHO sebanyak 90 persen warga dunia menghirup udara kotor. Kondisi tersebut sama memprihatinkan dengan yang terjadi di Indonesia. Survey yang dilakukan oleh World Bank menunjukkan hasil bahwa Indonesia berada peringkat empat dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia setelah Mesir, India, dan China. Dari berbagai penyebab polusi udara, penyumbang polusi terbesar di Indonesia adalah emisi dari transportasi yaitu sekitar 85 persen (Syaifulah, dkk). Karena tingkat polusi udara yang begitu tinggi korban meninggal di dunia akibat polusi udara mencapai 6 juta orang per tahun dan di Indonesia korban sudah mencapai angka 61 ribu penduduk (Sumber : kbr.id).
Produksi kendaraan yang makin tahun kian meningkat merupakan dampak baik dan sekaligus dampak buruk. Berdasarkan data statistik BPS, produksi kendaraan bermotor di Indonesia mencapai 9 juta unit pada tahun 2013 sangat jauh dibandingkan pada tahun 2000 yaitu sekitar 1,275 juta unit. Kondisi akan menjadi ancaman buruk bagi lingkungan seperti meningkatnya emis gas rumah kaca (GRK) dan berkurangnya energi fossil sehingga tujuan konversi energi cukup sulit untuk dicapai.
Langkah yang dapat diambil untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dalam sektor transportasi adalah dengan pemakaian mobil listrik (electric car). Pada awal Agustus lalu, Dirjen EBTKE Kementrian ESDM, Rida Mulyana, bahwa mobil listrik akan membawa banyak manfaat yaitu impor BBM akan sedikit berkurang yang ujungnya mewujudkan penghematan energi. Dan juga dalam rangka konversi energi dimana indikator pencapaian konversi energi adalah penerapan konservasi energi yang menunjukkan seberapa besar energi yang dapat dihemat untuk menghasilkan produk yang sama. Dengan pemakaian mobil listrik konservasi energi dapat sedikit demi sedikit terwujud dengan adanya pengurangan pemakaian BBM maupun batu bara, pengeboran sumur minyak bumi, dan pertambangan batu bara. Tentunya sumber energi diganti dengan sumber energi terbarukan seperti panas bumi, matahari, dan energi terbarukan lainnya.
Untuk itu kita perlu mengetahui potensi-potensi energi terbarukan yang ada di Indonesia untuk mendukung semua kegiatan masyarakat dan mewujudkan konservasi energi dan ketahanan energi yang berkelanjutan. Beberapa potensi strategis adalah panas bumi, bioenergi, dan matahari.
Potensi panas bumi Indonesia. Berdasarkan hasil penyelidikan panas bumi yang telah dilakukan oleh Badan Geologi, KESDM hingga tahun 2013 telah teridentifikasi sebanyak 312 titik potensi panas bumi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan total potensi sebesar 28.910 MW yang tersebar pada daerah yang dilalui sabuk gunung api dunia (ring of fire). Namun, besarnya potensi panas bumi di Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal yakni baru sekitar 1.403,5 MW atau sebesar 4,8% saja (Jurnal KESDM, 2016 Edisi 2). Pemerintah saat ini sedang menggalakkan kegiatan usaha panas bumi untuk membuka lahan baru sebagai wilayah kerja panas bumi dengan melakukan survei pendahuluan. Survei Pendahuluan adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan, analisis dan penyajian data yang berhubungan dengan informasi kondisi geologi, geofisika, dan geokimia untuk memperkirakan letak dan adanya sumber daya Panas Bumi serta Wilayah Kerja (Geothermal, ITB). Menurut jurnal KESDM edisi dua ada tiga kriteria wilayah yang dapat ditetapkan sebagai wilayah kerja yaitu sebagai berikut.
1.  Wilayah tersebut mempunyai potensi panas bumi yang besar dan/atau kebutuhan listrik di daerah tersebut tinggi,
2. Wilayah tersebut mempunyai infrastruktur serta jaringan transmisi nasional yang memadai,
3. Wilayah tertinggal (frontier/ remote area) yang secara potensi dan teknis apabila dikembangkan potensi panas bumi di daerah tersebut akan membawa multiplier effect yang signifikan.

Gambar 1. Sumber Panas Bumi di Sabang, Aceh
(Sumber : listrik.org)
                                                                          
Potensi bioenergi Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang kaya akan hasil pertaniannya. Terutama sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia (Jurnal KESDM, 2016 Edisi 2) Indonesia diharapkan mampu mengolah minyak kelapa sawit dan limbah kelapa sawit sebagai salah satu sumber bioenergi. Beberapa bioenergi adalah bioetanol, biodiesel, dan biogas. Jika bioenergi ini dapat dikelola dengan optimal maka Indonesia dapat menyediakan energi bersih untuk masyarakat serta membantu ketahanan energi Indonesia. Beberapa negara seperti Amerika secara bertahap mulai menggunakan bahan bakar untuk transportasi dengan campuran antara BBM dan bioenergi seperti biodiesel. Indonesia tentunya sebagai negara yang berpotensi besar dalam pemanfaatan bionergi pada tahun 2008 Pemerintah melalui Kementerian ESDM telah memberlakukan kewajiban pemanfaatan biodiesel dan bioethanol secara bertahap terutama pada sektor transportasi darat.
Potensi energi matahari Indonesia.  Indonesia merupakan negara yang melimpah akan energi surya dilihat dari letak yang potensial migrasi tahunan matahari dengan besar radiasi penyinaran 4,80 kWh/m2/hari (Jurnal KESDM, 2016 Edisi 2). Energi matahari dijalarkan ke permukaan dan diradiasikan ke dalam ruang angkasa. Dalam perjalarannya ke permukaan, 30% energi matahari akan direfleksikan dan disebar kembali ke angkasa, dan yang diterima oleh bumi dan atmosfer memiliki albedo sekitar 30%, sementara itu sebanyak 19% diabsorbsi oleh atmosfer dan awan serta 51% diabsorbsi oleh permukaan [Ahrens, 2003]. Potensi energi matahari atau surya yang begitu besar di Indonesia dapat dimanfaatkan secara langsung dalam bentuk energi termal atau sebagai pembangkit listrik (solar photovoltaic). Pengembangan Pemanfaatan Energi Surya Indonesia sampai tahun 2013 berkapasitas sebesar 67 MW, yang meliputi : pembangkit milik PLN berupa 129 unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 25 MW, serta pembangkit yang dibangun oleh pemerintah sebanyak 787 unit yang terdiri dari 5 unit PLTS Interkoneksi, PLTS Terpusat serta Solar Home System (SHS) dengan total kapasitas 42 MW untuk memenuhi listrik masyarakat di perdesaan, pulau terluar dan kawasan perbatasan (Jurnal KESDM, 2016 Edisi 2). Penggunaan energi surya sebagai pembangkit listrik relatif mudah diterapkan diberbagai wilyah Indonesia. Pembangungan PLTS dalam skala bes0224267088ar relatif mahal namun akan sangat efektif bila diterapkan dalam skala rumahan. Kementrian ESDM pada tahun 2017 ini telah meluncurkan lampu tenaga surya yang dibagikan kepada daerah terpencil di 6 provinsi timur Indonesia yang masih gelap gulita. Harapan besar dengan adanya kegiatan yang baik ini seluruh penjuru nusantara dapat merasakan listrik.

Gambar 2. Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid di Bantul, Yogyakartya
(Sumber : sekolahalamyogya.com)

Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang memiliki ketahanan energi serta konversi energi perlu inovasi teknologi energi bersih yang dapat mengoptimalkan potensi energi baru terbarukan di Indonesia.

Info seputar energi dan sumber daya mineral dapat mengunjungi website Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia di www.esdm.go.id

       #15HariCeritaEnergi
       #HariKetujuh
       #KESDMRI


Referensi

ebtke.esdm.go.id/post/2017/02/16/1559/menteri.esdm.bagikan.lampu.tenaga.surya.hemat.energi.pada.puncak.hpn.2017
ebtke.esdm.go.id/post/2017/08/07/1729/mobil.listrik.akan.menjadi.salah.satu.pendorong.berkembangnya.energi.baru.terbarukan
Kementrian ESDM.Program Strategis EBTKE dan Ketenagalistrikan.2016.Jurnal Energi 2016 Edisi 2. Halaman 18-22
Septiadi, dkk. Proyeksi Potensi Energi Surya Sebagai Energi Terbarukan. ISSN : 1411-3082. Halaman 22-24

No comments:

Post a Comment