Sampah Menjadi Energi Potensial

Energi selalu menjadi permasalahan yang serius. Ketergantungan terhadap energi fossil seakan menjadi bom waktu yang akan membunuh umat manusia. Energi fossil termasuk energi yang tidak dapat diperbaharui artinya lama waktu regenerasi energi fosil relatif kecil ketimbang umur manusia. Tingkat pemakaian yang tinggi mulai dari listrik, industri, serta transportasi semakin meningkat sehingga terjadi ketidakseimbangan antara cadangan energi fossil yang ada dengan kebutuhan hidup manusia. Maka sangat perlu untuk meningkatkan diversifikasi energi terutama energi yang dapat diperbaharui, energi baru terbarukan. Sebagai salah satu energi baru terbarukan bioenergi merupakan salah satu prospek yang besar dan strategis terutama dalam meningkatkan kesadaran masyaarkat akan energi bersih. Selain itu, pengembangan bioenergi akan meningkatkan pemberdayaan sumber daya lokal yang ada. Kita tahu bahwa bioenergi energi yang cukup mudah didapatkan dan dikembangkan dengan pengelolaan yang baik karena sumber bioenergi itu sendiri adalah biomassa. Arti dari biomassa adalah adalah bahan organik dapat berupa kayu, hasil pertanian, hasi perkebunan, kotoran hewan maupun manusia yang dapat menghasilkan energi.
Biomassa tadi akan diubah menjadi bahan bakar yang relatif bersih terhadap lingkungan. Beberapa hasil dari pengolahan biomassa itu adalah bioetanol yang dapat berasal singkong, sorgum, dan tebu serta biodiesel yang berasal dari kemiri sunan dan pam oil. Dan, potensi biomassa besar yang sangat berpotensi adalah sampah kota dalam bahasa inggris disebut municipal solid waste (MSW) yang dapat diolah menjadi briket dalam bentuk padatannya atau melalui proses digesi dan gasifikasi menjadi biogas yang tentunya dapat dimanfaatkan sebagai tenaga listrik.

Jumlah penduduk Indonesia per 30 Juni 2016 mencapai 257,9 juta jiwa (Tribunnews.com). Selama penduduk Indonesia berkaktivitas maka sampah yang dihasilkan pun akan terus meningkat. Data ISWA menyatakan sampah yang dihasilkan sebesar 38,5 juta ton / tahun dengan Pulau Jawa penyumbang terbesar sebesar 21,2 juta ton / tahun (55,1%).  Berdasarkan data Indonesia Domestic Solid Waste Statistik bahwa sekitar 69% sampah kota yang ada diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) atau landfill. Sampah yang berkurang tidak dapat menyeimbangi bertambahnya sampah. Sampah yang terakumulasi selain dapat menyebabkan daerah menjadi kotor adalah menyebabkan kesehatan masayarakat terancam. Untuk itu, perlu adanya dukungan dari pemerintah dan masyarkat dalam mengelola sampah dengan baik. Solusi yang bisa diterima adalah dengan memanfaatkan potensi sampah ini menjadi energi. Manfaat yang didapat pun sangat banyak yaitu mengurangi tumpukan sampah yang ada, mengurangi bau busuk, serta menyediakan energi terbarukan yang dapat menjamin ketahanan energi nasional. 

Sampah kota mencapai 50% adalah bahan organik yang dapat berasal dari sisa industri, resotoran, dan sampah rumah tangga. Tumpukan sampah di TPA merupakan tempat yang baik untuk bakteri anaerobik berkembang. Bakteri anaerobik ini akan menghasilkan gas metana yang jika terlepas akan membahayakan lapisan ozon. Gas metana relatif lebih berbahaya ketimbang gas karbon dioksida (CO2). Jadi, lebih baik sampah dibakar daripada dibiarkan bergitu saja. Tetapi, jika gas metana dapat dikumpulkan dapat sangat bermanfaat yaitu sebagai sumber biogas.
Landfill gas to power (LFGP) merupakan salah satu produk pengelolaan TPA dan saat ini LFGP adalah produk dari waste energy yang banyak terdapat di Indonesia. Tahapan dalam pengembangan energi listrik dari sampah kota dapat diambil contoh di benowo, tahapan ada empat yaitu pengumpulan sampah, pemadatan sampah, pemasangan geomembran, dan penangkapan gas. Tetapi, sebelum melakukan produksi perlu menentukan TPA yang dipilih karena membutuhkan kondisi yang sesuai yaitu sebagai berikut.
Kadar kelembaban, bakteri metana dapat hidup dilingkungan yang relatif lembab karena jika lingkungan hidupnya kering maka pertumbuhan dari bakteri akan terganggu sehingga tidak akan maksimal dalam menghasilkan gas metana.
Suhu, memiliki peran penting dalam penentuan TPA. Dibagi dua jenis bakteri yang bekerja dalam waste of energy yaitu Mesofilik yang hidup pada suhu 30-35oC dan Termoflik pada suhu 45-65oC.
Struktur dan komposisi sampah, struktur sampah yang berpartikel besar serta lebih keras seperti kayu akan lebih susah untuk terurai daripada bartikel kecil dan lunak seperti sayuran.
Penutup TPA, salah satu hal yang sangat berpengaruh. Untuk menjebak gas dan menghindarkan tumpukan sampah dari udara luar serta hujan diperlukan menutup seperti tanah liat atu penutup membran yang memiliki permebealitas rendah agar kondisi anaerobik (tidak membutuhkan oksigen) tidak terganggu.
Setelah itu masuk dalam tahap selanjutnya, yang pertama adalah pengumpulan sampah. Pengumpulan sampah yang baik adalah memisahkan antara sampah organik dan anorganik. Jika anorganik ini dipisahkan maka proses penguraian akan lebih cepat karena tidak ada bahan lain yang menggangu serta dapat dimanfaatkan untuk didaur ulang.
Pemadatan sampah, akan sangat berguna dalam tahapan produksi serta bagi lingkungan itu sendiri. Pemadatan berfungsi agar tumpukan sampah tidak mudah longsor sehingga tidak membahayakan orang-orang yang sedang beraktivitas di sekitar TPA. Selain itu, pemadatan berfungsi menambah daya tampung dari TPA serta berfungsi mengurangi pori-pori pada tumpukan sehingga oksigen tidak dapat masuk.
Pemasangan membran penutup, seperti yang sudah dijelaskan bahwa membran sebagai penutup yang berfungsi untuk mencegah hujan dan oksigen masuk serta mencegah tumpukan sampah tersebut longsor.
Penangkapan gas dilakukan dengan mengalirkan gas denga cara penyedotan menggunakan pipa yang menghubungkan dengan generator listrik. Terdapat dua tipe pemasangan pipa sumur yaitu secara horizontal dan vertikal. Dua tipe ini memiliki kelebihannya masing-masing. Pada tipe vertikal, pipa dapat dipasang saat TPA sudah ditutup sehingga pemasangannya relatif lebih mudah. Sedangkan tipe horizontal yaitu pipa yang ditanam tidak menggangu proses yang ada diatas sehingga penimbunan sampah dapat berlangsung terus serta tipe horizontal dapat menyedot gas metana yang pertama dihasilkan saat proses anaerobik.


Begitu besarnya potensi energi yang ada di Indonesia salah satunya energi sampah. Harapan besar bahwa energi sampah tidak hanya dapat menjadi solusi ketahanan energi namun juga sebagai salah satu energi bersih.

Info seputar energi dan sumber daya mineral dapat mengunjungi website Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia di www.esdm.go.id

       #15HariCeritaEnergi
       #HariKetigabelas
       #KESDMRI


Referensi

Dirjen EBTKE, Kementerian ESDM. 2015. Buku Panduan Sampah Menjadi Energi. Jakarta. Halaman 58-75
Dirjen EBTKE, Kementerian ESDM. 2016.Pedoman Investasi Bioenergi di Indonesia. Jakarta. Halaman 1-5
Dirjen EBTKE, Kementerian ESDM. 2016. Profil Sukses Penerapan Bioenergi di Indonesia. Jakarta. Halaman 17-18
Trisyanti, Helmi. 2015. Waste of Energy in Indonesia Challanges and Opportunities. London. Halaman 3-4
World Energy Coucil. 2013. Waste to Energy. Halaman 7-10

No comments:

Post a Comment