Ketahanan
energi adalah isu umum yang memerlukan kajian yang mendalam karena energi
merupakan sesuatu yang krusial menyangkut harkat hidup manusia. Indonesia salah
satu negara berkembang yang berarti permintaan energi terus meningkat dan
sampai bulan Mei tahun 2017 ini masih ada desa sekitar 12000 yang belum
terlistriki dan yang gelap gulita dengan angka mencapai lebih dari 2000 desa
(www3.esdm.go.id). Dalam 15 tahun terakhir permintaan energi
nasional meningkat rata-rata 4 persen per tahun. Berdasarkan hasil penelitian
di Pusat Kebijakan Keenergian ITB, permintaan energi nasional dalam kurun waktu
20 tahun mendatang masih akan terus meningkat pada kisaran 4-5 persem per
tahun.
Hingga tahun 2017 energi fosil masih menjadi primadona di
Indonesia yaitu sekitar 90 persen. Padahal, potensi energi baru terbarukan
(EBT) di Indonesia sendiri sangat melimpah ruah mulai dari energi panas bumi
(geotermal), energi bayu (angin), energi mikrohidro, energi gelombang, energi
matahari, serta bioenergi. Energi baru terbarukan (EBT) dengan total potensi mencapai
lebih dari 400 GW yang dimanfaatkan
hingga saat ini baru mendekati angka 2 persen dari total potensinya. Oleh
karena itu, energi baru terbarukan (EBT) jika dikelola dengan maksimal akan
menjadi ketahan energi di masa sekarang dan juga di masa yang akan datang.
Potensi besar tersebut akan menjadi masalah jika tidak
dikembangkan dengan optimal yaitu terancamnya rasio elektrifikasi daerah.
Masalah ini yang perlu diwaspadai oleh bangsa Indonesia karena ketergantungan
terhadap energi fossil masih sangat tinggi sebagai contoh penggunaan BBM
berbasis fossil dan juga bahan bakar berbasi batubara sebagai bahan bakar
transportasi dan pembangkit listrik masih tinggi. Padahal, ketersediaan bahan
bakar tersebut terbatas di alam yang perlu waktu rubuan tahun untuk terbentuk
kembali.
Berdasarkan pada pusat data dan informasi Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral untuk mengatasi permasalahan yang begitu pelik, pemerintah
membuat sasaran ketersediaan energi dengan mendorong pengembangan pada batubara
dan energi baru terbaruk serta pemerintah telah menginisiasi pembangungan
pembangkit energi baru dengan total kapasitas 35.000 megawatt (MW) pada tahun
2019 dan ditargetkan rasio elektrifikasi mencapai 96,6 persen dengan ditekankan
pada pemanfaatan energi baru terbarukan.
Panas Bumi, posisi Indonesia yang sangat strategis yaitu pada pada
sabuk Ring of Fire yang berarti
terletak pada zona subduksi lempeng tektonik yang menghasilkan gunung berapi.
Letak ini yang sangat strategis dalam penentuan titik panas bumi. Sampai tahun
2013, telah teridentifikasi sebanyak 312 titik potensi panas bumi dengan total
potensi panas bumi sebesar 28.910 Megawatt (MW) dengan total cadangan sekitar
16.524 MW. Namun, kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi
(PLTP) hingga tahun 2014 baru mencapai 1.403,5 MW atau sebesar 4,9% dari
potensi yang ada. (Pusat Data dan Informasi KESDM, 2015).
Bahan Bakar Nabati (BBN), total potensi BBN Indonesia saat ini
sekitar 32.654 MW, dan yang telah dimanfaatkan sekitar 5 persen yaitu 1.716 MW.
Potensi Tenaga Air, terdapat dua jenis pembangkit yaitu pembangkit
listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) serta Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Potensi sekitar 75.000 MW dan yang telah dimanfaatkan sekitar 9 persen.
Potensi energi surya, Indonesia bagian barat memiliki potensi
sekitar 4,5 kWh/m2 dan Indonesia bagian timur berpotensi
sekitar 5,1 kWh/m2 dengan rata-rata Indonesia sebesar 4,8 kWh/m2
yang setara 112 ribu GWp. Berdasarkan pusat data dan informasi KESDM kapasitas
yang telah terpasang dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sampai dengan
2014 sebesar 71,02 MW yang terbagi sebesar 5 MW yang on-grid atau terkoneksi dengan jaringan PLN serta sisanya 66,02 MW
adalah off-grid.
Potensi Arus Laut, potensi arus laut menyebar dari selat barat
yaitu Selat Riau dan Selat Sunda, serta di bagian timur yaitu Selat Lombok dan
Selat Raja Ampat serta beberapa tempat potensi lain. Dengan potensi listrik
dari arus laut sekitar 17.989 MW, energi gelombang sekitar 1.995 MW serta panas
laut sekitar 41.001 MW.
Potensi energi angin, kapasitas pembangkit listrik tenaga angin
(bayu) pada tahun 2014 sebesar 3.6 MW yang terkoneksi dengan PLN (ongrid) sebesar 1,77 MW dan sisanya 1,84
MW off-grid.
Biomassa,
biogas, dan sampah kota. Pengembangan energi dari sampah di Indonesia sangat
berpotensi besar. Data ISWA menyatakan sampah yang dihasilkan sebesar 38,5 juta
ton / tahun dengan Pulau Jawa penyumbang terbesar sebesar 21,2 juta ton / tahun
(55,1%). Pembangkit listrik dari biomassa, biogas, dan sampah kota di Indonesia
hingga tahun 2014 mencpaai kapasitas terpasang sebesar 1.740 MW dengan rincian
sebesar 1.626 MW secara off-grid dan
114 MW on-grid. Upaya pengembangan
PLT Bioenergi juga telah dilakukan dengan ditetapkannya Feed-In Tariff (FIT)
PLT Bioenergi untuk kapasitas sampai dengan 10 MW melalui Peraturan Menteri
ESDM No.19/2013 tentang FIT dari PLTSa dan Peraturan Menteri ESDM No.27/2014
tentang FIT dari PLT Biogas.
Namun, konsep ketahanan energi tidak hanya menyangkut masalah
ketersediaan energi bagi masyarakat tetapi juga akses atau distribusi energi,
keterjangkauan harga, serta keberlanjutan. Selain keempat masalah ketahanan
energi tadi ada tantangan lain yang harus siap diantisipasi yaitu sejauh mana
energi ini berdampak pada lingkungan dengan kata yang lebih sederhana bagaimana
dampak energi tersebut terhadap pemanasan global.
Negara Indoesia dengan ribuan gugusan pulau menyimpan begitu
banyak potensi yang ekonomis yang merujuk pada potensi energi. Pertumbuhan
penduduk yang terus meningkat mau atau tidak bahwa diversifikasi dan
pengoptimalan produksi dari energi yang ada terutama energi baru dan terbarukan
untuk kesejahteraan bangsa Indonesia.
Info seputar energi dan sumber daya mineral dapat mengunjungi website Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia di www.esdm.go.id
#15HariCeritaEnergi
#HariKeempatbelas
#KESDMRI
#15HariCeritaEnergi
#HariKeempatbelas
#KESDMRI
Referensi
Haryanto,
Joko Tri. Daya Saing Listrik dan Nasib
EBT. Halaman 1-2
Pusat
Kebijakan Keenergian ITB. Energi Baru dan
Terbarukan untuk Ketahanan Energi dan Dekarbonisasi Indonesia. Bandung : 1-3
Pusat Data
dan Teknologi Informasi KESDM. 2015. Pemodelan
dan Perkiraan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batu Bara, EBT & Listrik.. Jakarta.
Halaman 40-50
Pusat Data
dan Teknologi Informasi KESDM. 2016. Manajemen
Rantai Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Nasional. Jakarta. Halaman 36-40
Pusat Data
dan Teknologi Informasi KESDM. 2016.
Perkiraan Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Skenario Optimalisasi EBT Daerah. Jakarta.
Halaman 40-50
No comments:
Post a Comment